KADANG kita dalam berdebat atau bertengkar dengan seseorang suka lupa diri. Emosi menyelimuti diri kita dan mengorbankan hawa nafsu untuk saling menjatuhkan. Pertempuran kata-kata pun terjadi. Keduanya ingin berusaha mengejek dan menghinakan lawannya. Yang sering terjadi, dalam suasan emosi nama orang tua dibawa-bawa.
Pertengkaran yang membawa-bawa nama dan posisi orang tua biasanya dilakukan oleh anak kecil. Mereka bertengkar dan meledek orang tua lawan masing-masing. Menghina orang tua lawan memang efektif untuk membuatnya marah. Jangankan menghina, orang tua kita disebut dengan nama menghina saja kita sudah pasti marah.
Orang dewasa yang terbawa emosi saat bertengkar juga sering membawa nama orang tua. Entah dengan menyombongkan orang tua sendiri atau menghina orang tua lawan. Maka hati-hatilah. Rasulullah menyebut diri kita sama dengan memaki orang tua sendiri, jika kita membangkitkan emosi lawan dengan memaki orang tuanya lalu dia berbalik memaki dan menghina orang tua kita juga. Artinya yang pertama kali memulai menghina orang tua lawan sehingga memnyebabkan lawan juga memaki oang tuanya, maka orang itu sama saja dengan memaki orang tuanya sendiri.
Memang tidak masukakal sebetulnya. Orang yang sedang emosi pikirannya tertutup hawa nafsunya. Mengapa ia yang bertengkar, tapi kok orang tuanya yang dicela? Apa hubungannya? Yang demikian itu hanya untuk membuat lawan marah. Orang yang bertengkar memang sengaja aga lawannya marah. Semakin lawannya marah, semakin senanglah hatinya. Seakan-akan ia menang dalam tataran pertengkaran mulut. Baru kalau kemudian berlanjut ke arena tinju masing-masing baru membuktikan kekuatan siapa yang paling unggul.
Kembali kepada membawa-bawa orang tua dalam bertengkar. Seemosi apa pun diri kita janganlah sampai kita membawa-bawa nama orang tua. Tegakah diri kita mendengarkan orang tua kita dicaci maki dan dihina? Pada saat ada orang yang mencaci maki orang tua kita langsung kepada mereka, pasti kita panas. Kalau ada di tempat itu pasti kita akan langsung turun tangan, main pukul. Kalau pas kita tidak ada , kita akan cari orangnya. Hati kita geram kalau tahu orang tua kita dicaci maki. Nah, sebelum kita menghina orang tua lawan, ingatlah orang tua kita. Kita amat marah apabila orang tua dihina, jangan sampai kita memulai menghina orang tua lawan. Jadilah anak yang berbakti. Anak yang tidak pernah memaki orang tua sendiri dengan cara apapun. Langsung atupun tidak langsung.
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007
0 Response to "Salah Satu Dosa Besar, Mencaci Maki Orang Tua"
Posting Komentar