Disaat banyak kaum menerima kado maupun ucapa selamat Hari Ibu yang jatuh pada Senin 22 Desember, di balik itu masih ada sosok ibu yang terpisah dalam kesendirian.
Mirah (80) seorang penghuni panti jompo Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi menganggap biasa suasana Hari Ibu. Padahal saat itu, ia dan rekan-rekannya kedatangan sekelompok tamu wanita yang berkunjung ke panti dalam rangkaian Hari Ibu, Senin (22/12).
Ia tetap sebatang kara hidup di panti. Sudah 20 tahun Nek Mirah demikian kerap disapa, melalui Hari Ibu sendirian, tanpa hingar bingar ucapan dari anak-anaknya.
Ditemui Tribun, Nek Mirah baru saja menghabiskan makan siangnya di kamar berukuran sekitar 3×4, Wisma No 14. Ia tidur sekamar dengan Jamaah (70). Usianya yang renta membuat Mirah maupun Jamaah lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.
Mirah merupakan penghuni panti terlama. Tak terlalu jelas bagaimana ia bisa sampai di panti itu. Usianya yang sudah begitu renta membuatnya sulit diajak komunikasi. Ingatannya sudah memudar. Namun tampaknya, Mirah masih ingat betul kelakuan anak-anaknya. Ditanya Tribun, ia mengaku tidak rindu dan tidak ingin bertemu anak-anaknya itu.
“(Anak-anak) dibawa bapaknya. Tidak tahu dimana. Tidak (rindu). Tidak cocok (dengan anak-anak),” ungkapnya, ketika diajak berbincang.
Lain Mirah, lain Jamaah. Lansia satu ini mengaku tidak memiliki anak. Ia tidak begitu ingat bagaimana bisa sampai di panti. Menurutnya, seseorang mengantarkannya tinggal di panti itu. Ditanya tentang keluarga, Jamaah mengaku sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarganya di Kendal, Jawa Tengah.
Nasib lebih baik dirasakan Sri Wulansih (60). Meskipun ia tinggal di panti, pada Hari Ibu kemarin ia mendapatkan sepucuk surat dari anaknya.
“Ini ada ucapan selamat hari ibu,” ungkapnya.
Meski memiliki anak, Sri mengaku lebih betah tinggal di panti jompo. Ia tidak mau memberatkan anak-anaknya. Sebelum diselamatkan ke panti, ia bahkan pernah tinggal di mesjid.
“Baru setahun di sini. Betah dak betahlah. Anak-anak banyak dimana-mana. Yang dekat adalah, tapi tinggal dengan mertuanya, tidak mungkin saya juga tinggal dengan mertuanya,” ungkap Sri sambil tersenyum.
Kepala UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Tri Winarsih mengatakan, dari total penghuni panti jompo ini ada 69 orang. Dari jumlah tersebut, 33 diantaranya merupakan lansia perempuan.
Di Hari Ibu kemarin ia berharap diberikan kesabaran lebih dalam mengurusi para lansia penghuni panti. Diakuinya, seiring usia yang semakin renta, sifat manusia kembali seperti anak-anak sehingga butuh kesabaran yang lebih dalam menanganinya.
Kemarin, Mirah, Jamaah dan rekan satu panti mendapat kunjungan dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Provinsi Jambi. kedatangan rombongan yang dipimpin oleh Ketua IWAPI Camelia Puji Astuti sempena dengan peringatan ke 68 Hari Ibu.
Meski sederhana, namun kunjungan ini terlihat cukup semarak dan akrab. Dalam kesempatan itu IWAPI menyantuni para lansia yang tinggal dipanti. Tidak hanya itu, anggota IWAPI juga menghibur warga panti dengan menyanyi bersama maupun saling bercengkerama. Meski dibalut keceriaan, namun tak sedikit penghuni panti maupun rombongan IWAPI yang terlihat haru dan matanya berkaca-kaca.
Ia tetap sebatang kara hidup di panti. Sudah 20 tahun Nek Mirah demikian kerap disapa, melalui Hari Ibu sendirian, tanpa hingar bingar ucapan dari anak-anaknya.
Ditemui Tribun, Nek Mirah baru saja menghabiskan makan siangnya di kamar berukuran sekitar 3×4, Wisma No 14. Ia tidur sekamar dengan Jamaah (70). Usianya yang renta membuat Mirah maupun Jamaah lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.
Mirah merupakan penghuni panti terlama. Tak terlalu jelas bagaimana ia bisa sampai di panti itu. Usianya yang sudah begitu renta membuatnya sulit diajak komunikasi. Ingatannya sudah memudar. Namun tampaknya, Mirah masih ingat betul kelakuan anak-anaknya. Ditanya Tribun, ia mengaku tidak rindu dan tidak ingin bertemu anak-anaknya itu.
“(Anak-anak) dibawa bapaknya. Tidak tahu dimana. Tidak (rindu). Tidak cocok (dengan anak-anak),” ungkapnya, ketika diajak berbincang.
Lain Mirah, lain Jamaah. Lansia satu ini mengaku tidak memiliki anak. Ia tidak begitu ingat bagaimana bisa sampai di panti. Menurutnya, seseorang mengantarkannya tinggal di panti itu. Ditanya tentang keluarga, Jamaah mengaku sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarganya di Kendal, Jawa Tengah.
Nasib lebih baik dirasakan Sri Wulansih (60). Meskipun ia tinggal di panti, pada Hari Ibu kemarin ia mendapatkan sepucuk surat dari anaknya.
“Ini ada ucapan selamat hari ibu,” ungkapnya.
Meski memiliki anak, Sri mengaku lebih betah tinggal di panti jompo. Ia tidak mau memberatkan anak-anaknya. Sebelum diselamatkan ke panti, ia bahkan pernah tinggal di mesjid.
“Baru setahun di sini. Betah dak betahlah. Anak-anak banyak dimana-mana. Yang dekat adalah, tapi tinggal dengan mertuanya, tidak mungkin saya juga tinggal dengan mertuanya,” ungkap Sri sambil tersenyum.
Kepala UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Tri Winarsih mengatakan, dari total penghuni panti jompo ini ada 69 orang. Dari jumlah tersebut, 33 diantaranya merupakan lansia perempuan.
Di Hari Ibu kemarin ia berharap diberikan kesabaran lebih dalam mengurusi para lansia penghuni panti. Diakuinya, seiring usia yang semakin renta, sifat manusia kembali seperti anak-anak sehingga butuh kesabaran yang lebih dalam menanganinya.
Kemarin, Mirah, Jamaah dan rekan satu panti mendapat kunjungan dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Provinsi Jambi. kedatangan rombongan yang dipimpin oleh Ketua IWAPI Camelia Puji Astuti sempena dengan peringatan ke 68 Hari Ibu.
Meski sederhana, namun kunjungan ini terlihat cukup semarak dan akrab. Dalam kesempatan itu IWAPI menyantuni para lansia yang tinggal dipanti. Tidak hanya itu, anggota IWAPI juga menghibur warga panti dengan menyanyi bersama maupun saling bercengkerama. Meski dibalut keceriaan, namun tak sedikit penghuni panti maupun rombongan IWAPI yang terlihat haru dan matanya berkaca-kaca.
0 Response to "Kasihan, 20 Tahun Nenek Ini Lewati Hari Ibu tanpa Ucapan dari Anak"
Posting Komentar